Kamis, 29 Oktober 2015

MAKALAH
Kacang Tunggak Transgenik Tahan Hama dan Responnya dalam Kondisi Lapangan
Diajukan untuk memenuhi tugas mandiri
Mata Kuliah Genetika
Dosen Pengampu Yuyun Maryuningsih, S.Si M.Pd



 










Disusun oleh
Lisa Rachmawati
14121610696
Tadris IPA Biologi-B/5



FAKULTAS TARBIYAH / JURUSAN TADRIS IPA-BIOLOGI
SEMESTER V
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI CIREBON
2014

KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis berhasil menyusun makalah mengenai Kacang tunggak transgenik dengan baik dan tepat waktu.
Sholawat teriring salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah hingga zaman yang terang benderang.
Makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan kita mengenai berbagai rekayasa genetika yang telah dilakukan oleh para ahli pada kacang tunggak khususnya kacang tunggak yang tahan terhadap hama.
Penyusun telah berusaha demi keberhasilan dan kesempurnaan makalah ini. Namun, kami merasa masih terlalu banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mohon kritikan dan saran yang membangun baik dari dosen pembimbing maupun dari rekan-rekan mahasiswa.
Tidak lupa penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Makalah ini, semoga dengan apa yang ada dalam Makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua. Amiin ...



Cirebon, November  2014

Penyusun





BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kacang Tunggak (Vigna unguiculata L. Walp.) adalah kacang-kacangan tahunan yang berasal dari Afrika dan banyak ditanam di Afrika, Amerika Latin, Asia Tenggara dan di Amerika Serikat bagian selatan (Davis et al., 1991). Kacang ini terutama digunakan sebagai tanaman biji-bijian, untuk pakan ternak dan sebagai sayuran. Kacang tunggak dianggap sebagai yang paling penting kacangan butir makanan di padang sabana yang kering Afrika tropis (NGICA, 2002) dan yang paling penting legum Afrika pribumi baik untuk rumah dan sebagai tanaman tunai (Kushwaha et al., 2004). Pengerek polong kacang tunggak (Maruca vitrata) merupakan salah satu hama lepidoptera yang serius yang menimbulkan kerusakan parah pada kacang tunggak pada lahan petani. Dalam infestasi parah menghasilkan kerugian antara 70 sampai 80% telah dilaporkan. (Mohammed, B. S.*. 2014 : 1-2)
Secara alamiah, tanaman memiliki ketahanan terhadap hama maupun penyakit tertentu. Tanaman dapat dikatakan resisten dengan beberapa kondisi sebagai berikut:
a)    Memiliki sifat-sifat yang memungkinkan tanaman itu menghindar, atau pulih kembali dari serangan hama ada keadaan yang akan mengakibatkan kerusakan pada varietas lain yang tidak tahan,
b)   Memiliki sifat-sifat genetik yang dapat mengurangi tingkat kerusakan yang disebabkan oleh serangan hama
c)    Memiliki sekumpulan sifat yang dapat diwariskan, yang dapat mengurangi kemungkinan hama untuk menggunakan tanaman tersebut sebagai inang
d)   Mampu menghasilkan produk yang lebih banyak dan lebih baik dibandingkan dengan varietas lain pada tingkat populasi hama yang sama. (Hartono. 2004)
Perakitan tanaman transgenik berkembang pesat setelah adanya laporan pertama kali tentang perakitan tanaman transgenik pada tahun 1984 (Horsch et al. 1984). Perakitan tanaman transgenik tahan hama merupakan salah satu bidang yang mendapat perhatian besar dalam perbaikan tanaman. Perakitan tanaman transgenik tahan hama umumnya mempergunakan gen dari Bacillus thuringiensis (Bt).
Jurnal penelitian ini di pilih karena dalam jurnal ini bertujuan untuk mengevaluasi respon dari beberapa baris kacang tunggak terhadap kondisi lapangan yang alami. Jadi di dalam jurnal ini percobaan dilakukan dengan membandingkan kacang tunggak transgenik dan kacang tunggak non-transgenik sehingga kita dapat mengetahui respon dari kedua jenis tersebut, manakah yang akan lebih bertahan di dalam kondisi lahan yang alami. Sehingga dengan dikajinya jurnal ini bisa membantu para petani untuk lebih teliti dan pintar ketika penanaman kacang tunggak di lahannya yang lebih dapat menguntungkan dan dapat mengurangi jumlah kerugian yang dialami petani kacang tunggak karena pengaruh hama penggerek.

B.     Rumusan Masalah
1.         Apa yang dimaksud dengan Kacang Tunggak Transgenik?
2.         Apa sajakah Bahan dan bagaimanakah metode yang digunakan dalam penelitian evaluasi respon dari dua jenis kacang tunggak (transgenik dan non-transgenik) terhadap kondisi lahan yang alami?
3.         Bagaimanakah hasil ketika kacang tunggak transgenik dan non-transgenik di tanam dalam kondisi lahan yang alami?
4.         Apa manfaat dari terciptanya kacang tunggak transgenik?
C.     Tujuan
1.         Agar mengetahui pengertian dari Kacang Tunggak Transgenik
2.         Agar lebih memahami dan mengetahui bahan dan metode yang digunakan dalam penelitian evaluasi respon dari dua jenis kacang tunggak (transgenik dan non-transgenik) terhadap kondisi lahan yang alami
3.         Agar dapat membandingkan hasil ketika kacang tunggak transgenik dan non-transgenik di tanam dalam kondisi lahan yang alami
4.         Agar mengetahui manfaat dari terciptanya kacang tunggak transgenik

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Kacang Tunggak Transgenik
Kacang Tunggak adalah kacang-kacangan yang digunakan sebagai biji-bijian untuk pakan ternak dan sebagai sayuran. Kacang tunggak dianggap sebagai yang paling penting kacangan butir makanan di padang sabana yang kering Afrika tropis. (Mohammed, B. S.*, Ishiyaku, M. F., Abdullahi, U. S. and Katung, M. D. 2014 : 1)
Pendapat lain menyatakan bahwa Kacang tunggak adalah tanaman penutup tanah yang mampu mengurangi benturan air hujan terhadap permukaan tanah, dan juga sebagai tanaman sumber penghasil bahan organik. (Agriva, Roni Sembiring, dkk. : 2)
Tanaman transgenik adalah tanaman yang telah disisipi atau memiliki gen asing dari spesies tanaman yang berbeda atau makhluk hidup lainnya. Penggabungan gen asing ini bertujuan untuk mendapatkan tanaman dengan sifat-sifat yang diinginkan, misalnya pembuatan tanaman yang tahan suhu tinggi, suhu rendah, kekeringan, resisten terhadap organisme pengganggu tanaman, serta kuantitas dan kualitas yang lebih tinggi dari tanaman alami. (Wikipedia)
Jadi kacang tunggak transgenik adalah tanaman jenis kacang-kacangan yang merupakan tanaman penutup tanah yang telah disisipi atau memiliki gen asing dari spesies tanaman yang berbeda atau makhluk hidup lainnya yang bertujuan untuk mendapatkan tanaman dengan sifat-sifat yang diinginkan.
Hama yang menyerang tanaman kacang tunggak ini adalah hama penggerek polong Maruca vitrata. Maruca vitrata adalah hama penggerek polong yang penyebarannya di daerah tropis dan subtropis. Memiliki Siklus hidup kurang lebih selama 4 minggu. Fase telur 23 hari, larva ± 13 hari, Pupa 69 hari. Hama ini akan menyerang tanaman  kacang-kacangan pada saat fase larva. (Anonim. 2012)
              
                           Gambar. 1 Larva Maruca Vitrata
Siklus hidup dari hama penggerek polong ini adalah ketika fase telur, telur diletakkan satusatu pada tunas bunga, bunga dan polong muda. Larva yang baru menetas langsung menggerek bunga atau polong dan makan di dalamnya. Dari liang gerek pada polong akan keluar kotoran larva. Larva biasanya menutupi liang gerek dengan merekatkan bunga yang sudah gugur atau polong lain dengan polong yang terserang. Larva sering pindahpindah liang gerek. Larva terdiri dari 5 instar. Larva instar akhir keluar dari polong untuk berpupa. Pupa dibentuk dalam tanah dalam kokon benang sutera. Imago berwarna abuabu dengan bercakbercak putih pada sayap. (Anonim. 2012)
Gen yang disisipi dalam kacang tunggak ini adalah gen Cry 1Ab, gen ini merupakan gen yang dapat menghambat pertumbuhan hama penggerek polong. Gen Cry1Ab ini merupakan protein hasil dari B. Thuringiensis.
Cara kerja dari gen Cry1Ab dalam menghambat pertumbuhan hama penggerek polong tersebut yaitu ketika polong dimakan oleh larva Maruca vitriata, Bt protein dipecah oleh suatu enzim pemecah dalam pencernaan yang bersifat alkalin dari larva serangga dan menghasilkan protein pendek yang mengikat dinding pencernaan. Pengikatan dapat menyebabkan kerusakan membran sel sehingga larva berhenti beraktivitas (Syngenta Seeds Communication.2003). 
Terdapat delapan kelompok gen Bt berdasarkan sifat virulensinya (Herman 2002), tetapi yang sudah banyak ditransformasikan ke dalam tanaman adalah yang menghasilkan jenis Bt endotoksin dari gen Cry1Ab. Protein Cry dari gen ini hanya menghasilkan satu jenis yang mengikat pada lokasi spesifik dari serangga target (Agbios GM Data Base 2007). (Usyati, N, Damayanti Buchori, dkk. 2009 : 2)
Sehingga ketika manusia atau hewan lainnya memakannya dipastikan tidak akan keracunan karena tidak akan melakukan pengikatan pada permukaan pencernaan sel mamalia.
Pemberian gen Cry1Ab ke varietas kacang tunggak telah terbukti memberikan kekuatan untuk bertahan terhadap serangan dari serangga lepidoptera yang termasuk hama penggerek polong yaitu Maruca vitrata. Sehingga kebutuhan bahan kimia semprotan insektisida dalam penanaman kacang ini akan lebih berkurang sehingga dapat meningkatkan status gizi dan juga akan lebih menghemat biaya pemeliharaan tanaman. (Sustiprijatno.
Berdasarkan hal tersebut penelitian dilakukan untuk mengevaluasi respon dari beberapa baris kacang tunggak transgenik dan non-transgenik di dalam kondisi lahan yang alami. Tanpa bantuan insektisida atau bahan kimia yang lainnya dalam penanaman, sehingga dapat menguatkan hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa kacang tunggak yang diberi gen Cry1Ab akan lebih resistan hidup dari serangan hama penggerek polong dibandingkan kacang tunggak non-transgenik yang tanpa disisipi oleh gen apapun.
B.     Bahan dan Metode
Penelitian ini dilakukan di bawah tanggung jawab the Confined Field Trial Site (CFT) dari Institute Agricultural and Research, Ahmadu Bello Universitas Zaria (ABU) antara Juli 2011 hingga Agustus 2012. Dua jalur kacang tunggak rekayasa genetika; baris kacang tunggak transgenik TCL- 709 dan TCL-711 dan tiga genotipe kacang tunggak non-transgenik : IT97K-499-35, IT93K-693-2 dan IT86D-1010 yang digunakan dalam penelitian ini. Keterangan bahan Parental yang digunakan yaitu dari genotipe TCL-709, TCL-711, IT97K-499-35, IT86D-1010 dan IT93K -693-2. (Mohammed, B. S. 2014 : 2)
Pengembangan populasi genetik
Garis kacang tunggak transgenik TCL-709 dan TCL-711 bersama dengan tiga genotipe non-transgenik; IT97K-499-35, IT93K-693-2 dan IT86D-1010 (induk asli dari garis berubah memiliki arsitektur genetik yang sama kecuali gen cry1Ab) menggunakan kawin biparental sampai enam set populasi F1. (Mohammed, B. S. 2014 : 3)
Kawin biparental (bahasa inggris: biparental mating) adalah rancangan persilangan dua dengan melakukan persilangan pada sejumlah “n” tanaman yang diambil secara acak dari suatu populasi. (Wikipedia)
Hibridisasi ini dilakukan seperti yang dilaporkan oleh Mohammed et al. (2012) oleh emasculating sore hari dan penyerbukan di pagi hari berikutnya. Berikut adalah keenam kombinasi persilangan dibuat pada Tabel 1.
Tabel 1. Enam Kombinasi Persilangan
No
Persilangan
Parental betina
Parental Jantan
1.
IT97K-499-35 x TCL-709
IT97K-499-35
TCL-709
2.
IT97K-499-35 x TCL-711
IT97K-499-35
TCL-711
3.
IT93K -693-2 x TCL-709
IT93K -693-2
TCL-709
4.
IT93K -693-2 x TCL-711
IT93K -693-2
TCL-711
5.
IT86D-1010 x TCL-709
IT86D-1010
TCL-709
6.
IT86D-1010 x TCL-711
IT86D-1010
TCL-711
(Mohammed, B. S. 2014 : 3)
Evaluasi lapangan
Selama musim hujan tahun 2012 Parental dan F1 progeni dievaluasi di dalam kondisi lapangan yang terbatas. Kemudian ditanam secara acak dari satu tanaman ke tanaman dan baris ke baris berjarak 30 masing-masing sebesar 75 cm dengan ukuran plot nya 3x5 m. Pengelolaan ini dilakukan secara konvensional tetapi tanpa menggunakan insektisida dan di dalam seluruh percobaan disisipi serangga lepidopteran (Maruca vitriata). Setelah dua minggu penanaman, tanaman tersebut diberi pupuk yang digunakan adalah NPK berbanding 15:15:15 dengan jumlah 100 kg/ha dan disimpan pula gulma bebas. (Mohammed, B. S. 2014 : 2)
Bidang bioassay dengan larva Maruca
Investasi buatan dengan larva instar 1 M. vitrata digunakan untuk memperkuat tes Bt strip untuk klasifikasi baik sebagai resistan atau rentan (Mohammed et al., 2013). Untuk generasi (Parental dan F1) dari persilangan IT97K-499-35 x TCL-709 menjadi sasaran kutu buatan Maruca larva sementara persilangan lainnya menjadi sasaran kutu alami Maruca. (Mohammed, B. S. 2014 : 2)
Investasi dilakukan untuk memelihara larva Maruca vitriata dalam jumlah besar sebagai penyerangan terhadap tanaman persilangan tersebut. Pada selang waktu empat hari serangan dilakukan pada keenam masing-masing persilangan. (Mohammed, B. S. 2014 : 2)
Sepuluh larva instar 1, pra-berpuasa, ditempatkan pada bunga dari masing-masing F1 dan parentals dan diizinkan untuk memberi makan pada tanaman. Tingkat yang berbeda dari tekanan yang diterapkan pada tanaman dengan instar 1 Maruca larva yaitu; 10 larva / tanaman untuk kutu pertama, 20 larva / tanaman kutu kedua dan 30 larva / tanaman untuk ketiga peristiwa serangan keenam. Larva ditempatkan pada bunga tanaman dengan bantuan sikat Rambut yang lembut; larva diizinkan untuk memberi makan dan dikembangkan untuk pupa di lapangan, tumbuh menjadi dewasa, bertelur dan merusak tanaman pada tahap larva. Serangan dimulai pada hari ke-45 setelah tanam dan dilanjutkan sampai acara serangan keenam pada hari ke-69 setelah tanam. Data pada serangga yang rusak diambil pada hari ke-77 setelah tanam. Tanaman dikategorikan sebagai: - Tanaman Tahan (0% polong rusak) atau tanaman yang rentan (1 sampai 100%) polong rusak. Sebuah polong yang sepenuhnya atau sebagian rusak oleh larva Maruca dihitung rusak sementara polong yang benar-benar rusak dihitung sebagai / polong rusak sehat. (Mohammed, B. S. 2014 : 2-3)

Pengumpulan data
Data-data penelitian dikumpulkan untuk dianalisis lagi lebih lanjut mengenai data Hari pertama berbunga , Hari pertama kematangan polong, tinggi tanaman pada saat jatuh tempo, Jumlah cabang primer pada tahap vegetatif, Jumlah polong per tanaman, Jumlah polong rusak oleh larva Maruca per tanaman. (Mohammed, B. S. 2014 : 3)
Analisis Statistik
Analisis varians untuk genotipe parental dan hibrida F1 dievaluasi pada CFT 2012 dari larva Maruca, jumlah polong per tanaman, umur berbunga pertama, hari tumbuh polong pertama hingga jatuh tempo dan jumlah cabang primer pada tahap vegetatif per tanaman menjadi sasaran analisis varians menggunakan model umum linear (GLM) prosedur analisis statistik Program sistem (SAS 9.0). Uji Beda Nyata Terkecil atau The Least Significant Difference Test (LSD) digunakan untuk memisahkan tanaman yang memiliki  perbedaan yang signifikan. Model linear standar larva dihitung, rusak polong sementara, untuk acak kelompok dengan kedua efek blok dan pengobatan tetap sebagai berikut digunakan: Y ij = μ + R i + B + E ij j.
Di mana :
Y ij = menunjukkan respon untuk unit eksperimental dengan perlakuan di blok j,
μ = adalah rata-rata keseluruhan,
R i = adalah pengobatan e ff dll,
Bj = adalah blok e dst ect,
E ij = adalah kesalahan acak dengan i = 1, ..., dan j = 1, ..., b.
a = jumlah perawatan;
b = jumlah blok.  (Singh BB, 2002).

C.    Hasil Ketika Kacang Tunggak Transgenik Dan Non-Transgenik Di Tanam Dalam Kondisi Lahan Yang Alami
Hasil penelitian menunjukkan bahwa genotipe memiliki perbedaan yang sangat signifikan di antara mereka sendiri (Tabel 3). Hasil kinerja rata-rata materi parental dan hibrida mereka digunakan dalam penelitian ini dan disajikan dalam tabel 4
Tabel 3 kotak Berarti untuk karakter yang berbeda dari evaluasi lapangan di CFT 2012.
Sumber variasi
Hari untuk pembungaan pertama
Hari untuk kematangan  polong kematangan
Tinggi Tanaman
(cm)
Jumlah total polong
Jumlah cabang primer
Jumlah polong rusak
Replikasi
1.27NS 
42.95** 
7805.65* 
1326.52* 
0.66NS 
14.12NS 
Genotip
28.27** 
78.89** 
31445.15**
6193.75** 
2.09* 
322.61**
Error
3.98 
5.38 
1624.36
391.50 
0.91 
7.79
(Mohammed, B. S. 2014 : 3)

Tabel 4
Sumber variasi
Hari untuk pembungaan pertama
Hari untuk kematangan  polong kematangan
Tinggi Tanaman
(cm)
Jumlah total polong
Jumlah cabang primer
Jumlah polong rusak
IT86D-1010
44.73
64.28
160.28
34.29
5.13
11.07
TCL-709
45.96
64.48
137.29
43.79
5.04
0.00
TCL-711
47.65
69.25
82.99
26.00
5.40
1.92
IT97K-499-35
48.40
71.10
56.94
23.00
5.20
5.36
IT93K-693-2
48.93
68.70
24.79
19.91
4.13
5.00
IT86D-1010 x TCL-709
46.62
65.27
125.81
35.00
5.07
0.08
IT86D-1010 x TCL-711
46.93
66.47
106.51
39.08
4.60
0.00
IT97K-499-35 x TCL-709
45.87
67.80
120.75
69.03
5.33
0.04
IT97K-499-35 x TCL-711
46.28
69.00
133.75
45.95
5.28
0.00
IT93K -693-2 x TCL-709
47.60
68.45
56.40
58.64
5.00
0.00
IT93K -693-2 x TCL-711
44.87
63.43
52.75
56.10
4.93
0.08
LSD
1.40
1.83
26.67
12.21
0.67
1.78
(Mohammed, B. S. 2014 : 3)
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui dalam hari pembungaan pertama antara galur tetua dan hibrida tidak memiliki perbedaan yang begitu signifikan yaitu berkisar antara hari ke 44-48 hari dari hari pertama tanam. (Mohammed, B. S. 2014 : 5)
Hari-hari untuk kematangan polong pertama menunjukkan perbedaan yang signifikan antara genotipe (Tabel 4). Ini berkisar 63-71 hari setelah tanam untuk IT93K-693-2 x TCL-711 dan IT97K-499-35 masing-masing. Demikian pula, tinggi tanaman menunjukkan perbedaan yang signifikan antara genotipe. Tinggi tanaman berkisar 24,79 cm - 160,28 cm untuk IT93K-693-2 dan IT86D-1010 masing-masing. Tinggi tanaman dari IT86D-1010 secara statistik tidak berbeda dari TCL-709, IT86D-1010 x TCL-709. IT86D-1010 x TCL-711, IT97K-499-35 x TCL-709 dan IT97K-499-35 x TCL-711 sedangkan tinggi tanaman dari IT93K-693-2 tidak secara signifikan berbeda dari IT93K-693-2 x TCL-711. (Mohammed, B. S. 2014 : 5)
Gambar. 2 Kacang tunggak transgenik yang resistan terhadap hama
Gambar.3 Kacang tunggak non-transgenik yang diserang oleh hama
Perbedaan yang signifikan secara statistik ada antara jumlah polong per tanaman, berkisar 23-69 masing-masing untuk genotip IT97K-499-35 dan IT97K-499-35 x TCL-709. IT86D-1010 tidak berbeda secara signifikan dari TCL-709, TCL-711, IT97K-499-35, IT93K-693-2, IT86D-1010 x TCL-709, IT86D-1010 x TCL-711 dan IT97K-499-35 x TCL-711 sehubungan dengan maksud jumlah polong per tanaman, sementara IT97K-499-35 berbeda secara statistik dari IT93K- 693-2 x TCL-709 (Tabel 4). Jumlah cabang primer per tanaman diambil pada tahap vegetatif secara statistik sama antara semua genotipe dibandingkan (Tabel 4) sementara jumlah polong per tanaman yang rusak akibat infestasi Maruca secara statistik sama untuk dua baris transgenik dan semua F1 hibrida sementara yang IT97K-499-35, dan IT93K-693-2 adalah sama dalam hal polong rusak tetapi berbeda dalam tingkat polong yang rusak karena IT86D-1010 (Tabel 4). (Mohammed, B. S. 2014 : 5)
Berdasarkan hasil tersebut dapat di simpulkan bahwa Kinerja dari jalur kacang tunggak transgenik dan hibrida lebih resistan terhadap larva Maruca vitriata dibandingkan dengan parental non-transgenik. Kinerja yang berarti jelas menunjukkan bahwa jalur kacang tunggak transgenik dan hibrida menjadi lebih baik dalam resistensi terhadap serangga Maruca vitriata daripada garis kacang tunggak non-transgenik.
Para transgenik dan hibrida yang berasal dari mereka melalui persilangan tangan dengan parental non-transgenik secara statistik sama mengenai jumlah polong rusak akibat infestasi larva Maruca. Oleh karena itu, berarti bahwa dua baris transgenik digunakan dan generasi F1 yang diperoleh dari mereka resisten terhadap Maruca dibandingkan genotipe non-transgenik yang didukung berbagai tingkat kerusakan akibat aktivitas makan oleh Maruca. Oleh karena itu, disimpulkan bahwa garis kacang tunggak transgenik dapat dimanfaatkan sumber daya sebagai perlawanan terhadap Maruca penggerek polong dalam pengembangan varietas kacang tunggak Maruca resisten demi kepentingan petani di dunia.
D.     Manfaat Kacang Tunggak Transgenik
Berkembangnya teknologi rekayasa genetika telah memberikan manfaat yang sangat besar dibandingkan dengan teknologi yang masih konvensional. Ada banyak sekali manfaat dari tanaman transgenik yang telah dihasilkan. Beberapa manfaat dari tanaman transgenik yang tahan hama diantaranya adalah:
1.        Dapat memperluas pengadaan sumber gen resisten karena sumber gen tidak hanya dapat diperoleh dari tanaman dalam satu spesies tetapi juga dari tanaman lain spesies, genus atau famili, bahkan dari bakteri, fungi, dan mikroorganisme lainnya;
2.        Dapat memindahkan gen spesifik ke bagian yang spesifik pula pada tanaman;
3.        Dapat menelusuri stabilitas gen yang dipindahkan atau yang diintroduksikan ke tanaman dalam setiap generasi tanaman;
4.        Memungkinkan mengintroduksi beberapa gen tertentu dalam satu event transformasi sehingga dapat memperpendek waktu perakitan tanaman dengan resistensi ganda (multiple resistance);
5.        Dapat menelusuri dan mempelajari perilaku gen yang diintroduksi dalam lingkungan tertentu. (Amirhusin. 2014)
Dengan adanya kacang tunggak yang resistan terhadap larva Maruca di dalam kondisi lahan yang alami, maka kacang tunggak ini dapat dimanfaatkan sebagai        :
1.        Sumber daya sebagai perlawanan terhadap larva Maruca yang merupakan penggerek tumbuhan polong.
2.        Memperbaiki kualitas dari kacang tunggak sehingga dapat menghasilkan kacang yang baik tanpa adanya kerusakan pada polongnya
3.        Memperbanyak hasil panen. Dengan dihasilkannya kualitas kacang tunggak yang baik maka jumlah hasil ketika panen pun akan meningkat dengan tajam.


















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa:
1.         Kacang tunggak transgenik adalah tanaman jenis kacang-kacangan yang telah disisipi gen Cry 1Ab, gen ini merupakan gen yang dapat menghambat pertumbuhan hama penggerek batang. Gen Cry1Ab ini merupakan protein hasil dari B. Thuringiensis.
2.         Bahan yang digunakan pada penelitian kacang tunggak yang resistan pada kondisi lahan yang alami adalah kacang tunggak transgenik TCL- 709 dan TCL-711 dan tiga genotipe kacang tunggak non-transgenik : IT97K-499-35, IT93K-693-2 dan IT86D-1010
3.         Metode yang digunakan adalah dengan tahap-tahap berikut: Pengembangan populasi genetik, Evaluasi lapangan, Bidang bioassay dengan larva Maruca, Pengumpulan data dan Analisis Statistik.
4.         Kinerja yang berarti jelas menunjukkan bahwa jalur kacang tunggak transgenik dan hibrida menjadi lebih baik dalam resistensi terhadap serangga Maruca vitriata daripada garis kacang tunggak non-transgenik.
5.         Manfaat dari kacang tunggak transgenik ini bisa dimanfaatkan sebagai sumber daya sebagai perlawanan terhadap larva Maruca yang merupakan penggerek tumbuhan polong, memperbaiki kualitas dari kacang tunggak dan dapat memperbanyak hasil panen.

B.     Saran
Diharapkan kepada para pembaca dapat memahami makalah ini dan dapat mengembangkan lebih sempurna lagi, kritik dan saran sangat kami harapkan, untuk memotivasi penulis, agar dalam penyelesaian makalah ini bisa memperbaiki diri dari kesalahan, atas partisipasinya kami ucapkan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA
Amirhusin, Bahagiawati. 2004. Perakitan Tanaman Transgenik Tahan Hama. Bogor : Jurnal Litbang Pertanian, 23(1)
Usyati, N, Damayanti Buchori, dkk. 2009. Keefektivan Padi Transgenik terhadap Hama Penggerek Batang Padi Kuning Scirpophaga incertulas (Walker) (Lepidoptera: Crambidae). Bogor : Balai Besar Penelitian Tanaman Padi dan Departemen Proteksi Tanaman, Institut Pertanian Bogor
Hartono, Rudi. 2011. Aplikasi Bioteknologi untuk Pengembangan Tanaman Resisten Terhadap Hama dan Penyakit.
Mohammed, B.S, dkk. 2014. Response of transgenic Bt cowpea lines and their hybrids under field conditions. Zaria : Department of Plant Science, Ahmadu Bello University
Sharma JR. 2006. Statistical               and Biometrical Techniques in Plant Breeding. New  Age International Publishers.  New Delhi, p. 259. books.google.com.ng/books?isbn=8122408885
Singh BB. 2002. Breeding cowpea varieties for resistance to            Striga gesnerioides      and Alectra   vogelii   . In C.A. Fatokun et al. (ed.) Challenges and opportunities for enhancing sustainable cowpea production. IITA, Ibadan, Nigeria, pp. 154-166. http://old.iita.org/cms/articlefiles/737Cowpea%20proceedings%202002.pdf
Sustiprijatno. Jagung Transgenik dan Perkembangan Penelitian di Indonesia. Bogor : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian. hal. 5
Anonim. 2012. Hama pada Sayuran kacang-kacangan. http://ujianoke.blogspot.com/2012/10/hama-pada-sayuran-kacang-kacangan-dan.html. Diakses pada tanggal 23 November 2014 pukul 20.35

Anonim. 2014. Persilangan. http://id.wikipedia.org/wiki/Persilangan_%28biolog i%29. Diakses pada tanggal 20 November 2014 pukul 14.01

Tidak ada komentar:

Posting Komentar