Kamis, 05 November 2015

REVIEW JURNAL: Ficus carica L. (Moraceae): Phytochemistry, Traditional Uses and Biological Activities

(Ficus carica L. (Moraceae): Fitokimia, Peranan Tradisional dan Kegiatan Biologinya)
1.      Latar Belakang
F.carica L. adalah anggota penting dari genus Ficus. Tumbuhan ini biasanya deciduous dan sering disebut sebagai "tin". Tin umumnya adalah berasal dari pohon Asia btint daya dan Mediterania timur, dan itu adalah salah satu tanaman pertama yang dibudidayakan oleh manusia. Tin ini merupakan buah yang penting bagi seluruh dunia untuk dikonsumsi kering dan segar. Tin merupakan bagian yang dapat dimakan pada umumnya dari buah tumbuhan ini karena buah yang berdaging, berongga, dan wadah. Buah-buahan kering F.carica telah dilaporkan sebagai sumber penting dari vitamin, mineral, karbohidrat, gula, asam organik, dan senyawa fenol [5-7]. Tin segar dan kering juga mengandung dalam jumlah tinggi serat dan polifenol [8, 9]. Buah tin merupakan sumber yang sangat baik dari senyawa fenolik, seperti proanthocyanidins, sedangkan anggur merah dan teh, yang merupakan dua sumber yang baik dari senyawa fenolik, mengandung fenol lebih rendah dibandingkan tin.
Penelitian ini menunjukkan hasil penelitian dari spesies Ficus carica dari Family Moraceae mengenai kandungan fitokimia yang terkandung di dalam semua bagian tumbuhan ini, yang mengaitkannya dengan peranan tradisional spesies Ficus carica dan aktivitas biologinya, penggunaannya dalam pengobatan tradisional sebagai obat bagi banyak masalah kesehatan, dan kegiatan biologis. Tanaman ini telah digunakan secara tradisional untuk mengobati berbagai penyakit seperti masalah lambung, peradangan, dan kanker.
Studi fitokimia pada daun dan buah tanaman telah menunjukkan bahwa mereka kaya fenolat, asam organik, dan senyawa atsiri. Namun, ada sedikit informasi tentang fitokimia yang ada dalam batang dan akar. Laporan aktivitas biologis tanaman terutama pada ekstrak minyak mentah yang telah terbukti memiliki banyak aktivitas biologis. Beberapa efek terapi yang paling menarik meliputi antikanker, hepatoprotektif, hipoglikemik, hipolipidemik, dan aktivitas antimikroba. Dengan demikian, studi yang berkaitan dengan identifikasi senyawa bioaktif dan menghubungkan mereka untuk aktivitas biologis mereka sangat berguna untuk penelitian lebih lanjut untuk menggali potensi F. carica sebagai sumber agen terapi.
2.      Masalah
Kandungan fitokimia apa saja yang terkandung dalam spesies Ficus carica yang berkaitan dengan Peranan tradisional dan Aktivitas Biologisnya?
3.      Metodologi
      Pada penelitian ini melakukan penelitian untuk mengetahui kandungan fitokimia di dalam spesies Ficus carica ini dengan meneliti aktivitas biologi didalam spesies tersebut. Aktivitas biologi yang diteliti adalah Aktivitas Anti-oksidan, aktivitas anti-kanker, aktivitas Hepatoprotektiv, aktivitas Hipoglakamic, aktivitas hipolipidemik, aktivitas anti bakteri dan aktivitas anti jamur, aktivitas antipiretik dan aktivitas anti tuberkolosis. Dan salah satu dari metodenya yaitu dengan menggunakan beberapa percobaan pada hewan dengan memberikan dosis yang sesuai dengan ketentuannya untuk mengetahui reaksi dari hewan yang di uji coba. Salah satunya dengan menggunakan alat tes  bio-pandu isolasi.
4.      Hasil penelitian
Jurnal ini menjelaskan fitur botani Ficus carica L. (Moraceae), berbagai fiturnya dari kandungan kimia, penggunaannya dalam pengobatan tradisional sebagai obat bagi banyak masalah kesehatan, dan kegiatan biologis. Buahnya, akar, dan daun dari tanaman ini digunakan dalam pengobatan tradisional untuk mengobati berbagai penyakit seperti gastrointestinal (kolik, gangguan pencernaan, kehilangan nafsu makan, dan diare), pernafasan (sakit tenggorokan, batuk, dan masalah bronkial), dan gangguan jantung dan sebagai anti -inflamasi dan antispasmodik obat. Studi fitokimia pada daun dan buah tanaman ini telah menunjukkan bahwa mereka kaya fenolat, asam organik, dan senyawa atsiri. Namun, ada sedikit informasi tentang fitokimia yang ada dalam batang dan akar. Laporan aktivitas biologis tanaman terutama pada ekstrak minyak mentah yang telah terbukti memiliki banyak aktivitas biologis.
Table 1:
Peranan tradisional dari F.carica   Bagian yang digunakan            Lokasi                            Referensi
 


Batuk                                      Daun                                                   Malaysia [37]
pengobatan kolik                     Buah , akar, dan daun                         Tidak Jelas [32, 33]
Gangguan pencernaan             Buah, akar, dan daun              Tidak Jelas [32, 33]
Kehilangan nafsu makan         buah, akar, dan daun               Tidak Jelas [32, 33]
Antidiare                                 Tin                                           Tidak Jelas [11, 12]
Metabolik                                Tin                                           Tidak Jelas [11, 12]
Kardiovaskular                        Tin                                           Tidak Jelas [11, 12]
pernapasan                              Tin                                           Tidak Jelas [11, 12]
antispasmodic                                     Tin                                           Tidak  
         Jelas        [11, 12, 38]
Anti-inflamasi                         Tin                                           Tidak Jelas [11, 12]
Antiplatelet, inflamasi,            Tin                                           Pakistan
                      [38]
dan motilitas usus
antioksidan                              Tin                                           Tidak Jelas                  [33]
Pencahar                                  Tin                                          tidak jelas                    [30]
Pencegahan anemia gizi          Daun                                       Tidak Jelas                  [27]
Anthelmintik                           Daun                                       Tidak Jelas                  [27]
Potensi iritasi                           Daun                                       tidak jelas                    [27]
Nutrisi diet                              Buah                                        negara bagian Mediterania [31]
Berbagai persiapan obat          Tin, buah                                 Tidak Jelas                  [39]
Tuberkulosis                            Daun                                      Malaysia                      [40]
Antikanker                              Tin                                           tidak jelas                    [41, 42]
Pencahar ringan,                      Buah                                        India                            [40]
ekspektoran, dan diuretic

5.      Kesimpulan
Banyak aktivitas biologis yang menarik dari F.carica yang telah dilakukan, yang selanjutnya dapat dieksplorasi untuk memanfaatkannya sebagai metode penyembuhan untuk masa depan.  Misalnya, daun telah menunjukkan aktivitas iritasi; sehingga mereka dapat diteliti terhadap infeksi parasit dan aktivitas ovicidal. Sebagian besar studi farmakologi yang telah dilakukan pada F. carica dilakukan dengan ekstrak mentah tidak terkarakterisasi; sulit untuk menghasilkan nilai dari studi ini dan mengidentifikasi metabolit bioaktif.
Penelitian fitokimia dilakukan pada F.carica telah menyebabkan isolasi dari beberapa kelas metabolit tanaman. Sebagian besar Pekerjaan fitokimia telah digunakan pada daun dan buah-buahan dari F. carica, sementara ada sedikit informasi pada batang dan akar fenolik profil. Namun pemanfaatan secara tradisional yang luas dan membangun aktivitas farmakologi dari F. carica titik bahwa ruang lingkup yang sangat besar masih ada untuk eksplorasi fitokimia dengan menggunakan alat tes  bio-pandu isolasi.

6.      Komentar

      Keunggulan penelitian adalah bahwa peneliti menggunakan metode yang akurat untuk mengetahui kandungan yang terdapat dalam suatu spesies yaitu dengan meneliti dari berbagai aktivitas biologi dari suatu tumbuhan tersebut sehingga hasil penelitian dapat dijadikan referensi yang dipercaya. Salah satu percobaan dengan mengetahui aktivitas biologi tanaman ini menggunakan alat tes bio-pandu isolasi untuk menguji cobakan efek fitokimia pada hewan seperti tikus atau mencit, sehingga metode ini cukup sederhana dan tidak ribet. Bahasanya pun mudah dimengerti sehingga penyusun dapat menstranslate jurnal ini tidak terlalu rumit.

- REVIEWER: LISA RACHMAWATI
BOOK REPORT
“Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif”
Karangan : Andi Prastowo
Mata Kuliah Pengelolaan Pembelajaran
Dosen Pengampu : Saifuddin, M.Ag


 



Disusun Oleh:
Lisa Rachmawati
Biologi B / IV
14121610696


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI CIREBON

2014


IDENTITAS BUKU
Buku                           : Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar                                   Inovatif
Prastowo, Andi. 2013. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Jakarta: DIVA Press
Penulis                         : Andi Prastowo
Penerbit                       : DIVA Press
Tanggal Terbit             : Cetakan 1, Oktober 2011
Cetakan 2, Desember 2011
Cetakan 3, Februari 2012
Cetakan 4, Oktober 2012
Cetakan 5, Juli 2013
Jumlah Halaman          : i-x + 419 halaman
Jenis Cover                  : Hard Cover
Kategori                      : Pendidikan
Teks                             : Bahasa Indonesia





BAB  I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Membuat atau menyusun bahan ajar sebenarnya adalah perkara yang gampang. Namun, selama ini, karena terbatasnya literarur yang mengulas tentang tema-tema seperti itu, baik di toko-toko buku maupun perpustakaan, menjadikan para guru ataupun dosen tampaknya sulit untuk merealisasikan tuntutan tersebut. Hal ini bisa kita lihat di sekolah-sekolah ataupun perguruan tinggi disekitar kita, masih sangat banyak guru atau dosen yang menggunakan bahan ajar buatan orang lain ataupun bikinan pabrik pada kegiatan pembelajaran yang mereka lakukan. Padaha mereka tahu dan sadar bahwa bahan ajar yang mereka gunakan itu sering kali tidak sesuai dengan konteks dan situasi sosial budaya peserta didik. Hal ini merupakan fenomena yang sungguh menyedihkan sekaligus sangat memprihatinkan bagi kita semua.
Penulis memilih buku ini untuk diresume menjadi book report karena buku ini menjelaskan secara mendetail cara membuat bahan ajar yang modern dan meninggalkan bahan ajar yang konvesional. Diharapkan dengan para pembaca membaca buku ini pintu kegelapan dan kejumudan yang selama ini menghalangi para pendidik dalam mengekspresikan ide-ide dan gagasan mereka guna kemajuan dunia pendidikan di tanah air Indonesia akan segara terbuka. Selain itu, kegersangan referensi yang selama ini menerpa para mahasiswa ataupun dosen di berbagai LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) di tanah air bisa teratasi.
B.       Isi Buku Secara Umum
Buku ini menguraikan dua belas topik utama yang terbagi dalam dua belas bab sebagai berikut. Pada bab paling awal dibahas tentang konsep dasar bahan ajar, kemudian diikuti bab kedua tentang macam-macam bentuk sumber belajar dan bahan ajar. Pada bab ketiga dikupas tentang langkah-langkah utama dalam penyusunan bahan ajar. Sementara, pada bab keempat ditunjukkan tentang cara pembuatan handout. Kemudian, secara berturut-turut dari bab kelima sampai kesebelas diuraikan tentang petunjuk pembuatan modul, buku ajar, lembar kerja siswa (LKS), model/maket, bahan ajar audio, bahan ajar video, dan bahan ajar interaktif. Sedangkan pada bab terakhir diulas tentang cara pemilihan dan penggunaan bahan ajar dalam proses pembelajaran.
C.       Gagasan Penulis
Gagasan utama penulis dalam buku panduan kreatif membuat bahan ajar inovatif ini untuk menciptakan metode pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Kompetensi guru sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 8 meliputi kompetensi pendagogis, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Dari masing-masing kompetensi tersebut, kompetensi-kompetensi inti yang wajib dimiliki seorang guru atau dosen diantaranya adalah “mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu” dan “menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik” untuk kompetensi pendagogis, serta “mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif” dan “memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri” untuk kompetensi profesional. Dari tuntutan-tuntutan sekaligus kewajiban-kewajiban ini, guru ataupun dosen dituntut mampu menyusun bahan ajar yang inovatif (bisa berwujud bahan ajar cetak, model/maket, bahan ajar audio, bahan ajar audiovisual, ataupun bahan ajar interaktif) sesuai dengan kurikulum, perkembangan kebutuhan peserta didik, maupun teknologi informasi.
D.      Analisis Buku
Setelah saya membaca buku panduan kreatif membuat bahan ajar inovatif karangan Andi Prastowo yang diterbitkan tahun 2013 merupakan cetakan kelima dengan penerbitnya Diva Perss. Buku ini memiliki ketebalan 419 halaman. Kemudian saya sedikit menganalisa isi dari buku ini. Di dalam buku ini, menurut saya  tema yang diusung cukup menarik dan inovatif, buku ini bisa menjadi referensi yang cocok untuk para guru dan dosen untuk membuat bahan ajar yang lebih modern, kreatif dan inovatif lagi. Bahasa yang digunakan oleh pengarang dalam penyampaian gagasannya sangat komunikatif, dengan penjelasan yang sangat mendetail namun tidak berbelit-belit dan mudah dipahami serta mudah untuk diaplikasikan untuk panduan membuat bahan ajar yang inovatif.
BAB II
PEMBAHASAN/ ISI BUKU
A.    Gagasan Per Bab
BAB I: Saatnya Membuat Bahan Ajar Inovatif
            Para pendidik pada umumnya hanya menyediakan bahan ajar yang monoton, pokoknya yang sudah tersedia dan tinggal pakai, serta tidak perlu harus bersusah payah membuatnya. Sehingga pada akhirnya yang harus menjadi korban adalah para peserta didik yang akan merasa bosan mengikuti proses pembelajaran. Sehingga, proses pembelajaran menjadi tidak efektif dan efisien.
            Membuat bahan ajar yang inovatif sebenarnya tidaklah sulit dan tidak memerlukan waktu yang lama, bahkan bisa mendatangkan banyak uang. Kuncinya yang pertama dan utama adalah mengendalikan faktor internal dalam diri kita. Kita harus mampu menguasai diri. Setelah faktor internal berhasil dikuasai, dikendalikan dan diluruskan, maka faktor eksternal akan jauh lebih mudah dikuasai.
            Sumber belajar dan bahan ajar memang tampak sama namun sangat berbeda. Sumber belajar adalah bahan mentah untuk penyusunan bahan ajar. Jadi, untuk bisa disajikan kepada peserta didik, sumber belajar harus diolah terlebih dahulu.
BAB II: Mengenal Bentuk-Bentuk Sumber Belajar dan Bahan Ajar
            Berdasarkan tujuan pembuatannya, AECT (Association of Educational Coummunication and Technology) membagi sumber belajar menjadi dua kelompok, yaitu resources by design (sumber belajar yang dirancang) dan resources by utilization (sumber belajar yang dimanfaatkan). Sementara itu menurut bentuk/isinya, sumber belajar dibedakan menjadi lima macam, yaitu tempat atau lingkungan sekitar, benda, orang, buku, peristiwa, dan fakta yang sedang terjadi. Dan berdasarkan jenisnya sumber belajar  dibedakan menjadi enam jenis, yaitu: pesan, manusia, bahan, peralatan, teknik atau metode dan lingkungan.
            Bentuk-bentuk sumber belajar bisa kita dapatkan melalui beberapa cara yaitu: buku, majalah, brosur, poster, ensiklopedia, film, slides, video, model, audiocassette, transparasi, realia, internet, ruangan belajar, studio, lapangan olahraga, wawancara, kerja kelompok, observasi, permainan, taman, museum, kebun binatang, pabrik, toko, dsb.
            Bahan ajar menurut bentuknya bisa berupa bahan cetak (printed), bahan ajar dengar (audio), bahan ajar pandang dengar (audiovisual) dan bahan ajar interaktif. Sedang menurut cara kerjanya bahan ajar dibedakan menjadi lima macam, yaitu bahan ajar yang tidak diproyeksikan, bahan ajar yang diproyeksikan, bahan ajar audio, bahan ajar video dan bahan ajar komputer. Bahan ajar menurut sifatnya dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu bahan ajar yang berbasis cetak, yang berbasis tekonologi, yang digunakan untuk praktik atau proyek dan bahan ajar yang dibutuhkan untuk keperluan interaksi manusia.
            Bahan ajar mengandung isi yang substansinya meliputi tiga macam, yaitu pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan dan sikap (nilai).
BAB III: Langkah-Langkah Pokok Pembuatan Bahan Ajar
            Langkah-langkah utama pembuatan Bahan Ajar terdiri atas tiga tahap penting yang meliputi analisis kebutuhan bahan ajar, menyusun peta bahan ajar, dan membuat bahan ajar berdasarkan struktur masing-masing bentuk bahan ajar.
            Tahap pertama melakukan analisis kebutuhan bahan ajar adalah suatu proses awal yang dilakukan untuk menyusun bahan ajar. Di dalamnya terdiri atas tiga langkah, yaitu:
1.    Langkah pertama: Menganalisis Kurikulum
Pertama, Standart Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator kecapaian hasil belajar, Materi Pokok dan Pengalaman belajar.
2.    Langkah Kedua: Menganalisis Sumber Belajar
            Kriteria analisis terhadap sumber belajar dilakukan berdasarkan ketersediaan, kesesuaian, dan kemudahan dalam memanfaatkannya.
3.     Langkah Ketiga: Memilih dan menentukan bahan ajar
            Langkah ketiga ini bertujuan memenuhi salah satu kroteria bahwa bahan ajar harus menarik dan dapat membantuu peserta didik untuk mencapai kompetensi.
Ada beberapa bentuk bahan ajar cetak, diantaranya handout, buku, modul, LKS, brosur, leaflet, wallchat, dan foto atau gambar.
BAB IV: Handout
            Handout adalah Pengemasan materi pembelajaran pendidik dengan membuat ringkasan suatu topik, makalah suatu topik, lembar kerja siswa, petunjuk praktikum, tugas atau tes, dan diberikan kepada peserta didik secara terpisah-pisah (tidak menjadi suatu kumpulan lembar kerja siswa, misalnya).
            Penyusunan handout dalam kegiatan pembelajaran memiliki beberapa manfaat, diantaranya memudahkan peserta didik saat mengikuti proses pembelajaran dan melengkapi kekurangan materi.
            Melalui handout, keingintahuan (curiosity) peserta didik terhadap ilmu pengetahuan meningkat, sehingga mereka selalu terdorong untuk belajar dan terus belajar.
BAB V: Modul
            Modul pada dasarnya adalah sebuah bahan ajar yang mudah dipahami oleh peserta didik sesuai tingkat pengetahuan dan usia mereka, agar mereka dapat belajar sendiri (mandiri) dengan bantuan atau bimbingan yang minimal dari pendidik. Kemudian, dengan modul, peserta didik juga dapat mengukur sendiri tingkat penguasaan mereka terhadap materi yang dibahas pada setiap satu-satuan modul tingkat berikutnya. Dan sebaliknya jika peserta didik belum mampu menguasai, maka mereka akan diminta untuk mengulangi dan mempelajari kembali.
            Dalam buku ini Rowntree mengungkapkan empat tahapan dalam pengembangan modul yang “hebat”, yaitu yang pertama dengan mengidentifikasi tujuan pembelajaran yaitu dengan menuliskan tujuan pembelajaran dalam kalimat yang mengandung aspek ABCD (Audience, Behaviour, Condition dan Degree). Kedua, memformulasikan garis besar materinya. Ketiga, Menulis materi, pada tahap ini ada 4 hal penting yang harus diperhatikan yaitu menentukan meateri yang akan ditulis, menentukan gaya penulisan, menentukan banyaknya kata yang digunakan dan menentukan format dan tata letak (Layout).
            Dalam penentuan tampilan modul, ada empat alternatif tampilan yang bisa menjadi pilihan kita, yaitu dengan menggunakan List, menggunakan Box, menebalkan kata-kata yang penting dan menggunakan tulisan yang dicetak miring atau ditulis terbalik. Dalam penentuan format modul, dalam buku ini dituliskan contoh format modul yang dikembangkan dengan memperhatikan kebutuhan pembaca akan keteraturan strukturnya. Sebelum mulai materi : Judul, Kata pengantar, Daftar isi, Latar belakang, Deskripsi singkat, Standar kompetensi, Peta konsep, Manfaat, Tujuan pembelajaran, Petunjuk  penggunaan modul. Saat pemberian materi : Kompetensi dasar, Materi pokok, Uraian materi, Heading, Ringkasan dan Latihan atau tugas. Setelah pemberian materi : Tes mandiri, Post test, Tindak lanjut, Harapan, Glosarium, Daftar pustaka dan terakhir Kunci jawaban. Yang terakhir, Keempat, Menentukan format dan tata letaknya. Dalam hal ini, Andriani mencatat tiga variabel yang mempengaruhi tata letak, pertama : ukuran halaman dan format modul, kedua : kolom dan margin dan ketiga : penempatan tabel, gambar dan diagram.
BAB VI: Buku Teks
            Buku adalah bahan tertulis dalam bentuk lembaran-lembaran kertas yang dijilid dan diberi kulit (cover), yang menyajikan ilmu pengetahuan yang disusun secara sistematis oleh pengarangnya. Sementara yang disebut dengan buku teks pelajaran adalah buku yang berisi ilmu pengetahuan, yang diturunkan dari kompetensi dasar yang tertuang dalam kurikulum, dimana buku tersebut digunakan oleh peserta didik untuk belajar.
            Dalam buku ini juga diterangkan langkah mudah menyusun buku teks pelajaran yang menarik sangatlah simple, yaitu dengan memperhatikan kurikulum dengan cara menganalisisnya, menentukan judul buku yang akan ditulis sesuai dengan standar-standar kompetensi yang akan disediakan oleh buku kita, selanjutnya merancang outline buku agar isi buku lengkap mencakup seluruh aspek yang diperlukan untuk mencapai suatu kompetensi, mengumpulkan referensi sebagai bahan penulisan, menulis buku dilakukan dengan memperhatikan penyajian kalimat yang disesuaikan dengan usia dan pengalaman pembacanya, mengevaluasi atau mengedit hasil tulisan dengan cara membaca ulang dan yang terakhir berikan ilustrasi gambar, tabel, diagram atau sejenisnya secara proporsional.
BAB VII: Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
            LKS merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yag harus dikerjakan oleh peserta didik, yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai.
            LKS memiliki berbagai macam bentuk, yaitu LKS yang membantu peserta didik menemukan suatu konsep, LKS yang membantu peserta didik menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep yag telah ditemukan, LKS yang berfungsi sebagai penuntun belajar, LKS yag berfungsi sebagai penguatan dan LKS yang berfungsi sebagai petunjuk praktikum.
BAB VIII: Model (Maket)
            Model (maket) sebagai bahan ajar tiga dimensi adalah tiruan benda nyata untuk menjembatani berbagai kesulitan yang bisa ditemui, apabila menghadirkan objek atau benda tersebut langsung ke dalam kelas. Dengan demikian nuansa asli dari benda tersebut masih bisa dirasakan oleh peserta didik, tanpa mengurangi struktur aslinya, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.
            Ada berbagai jenis model (maket). Bahan ajar model (maket) dapat dikelompokkan dalam enam kategori. Pertama, model padat (solid model). Kedua, model penampang (Cutway model). Ketiga, Model Susun (Built-up model). Keempat, Model Kerja (Working sheet). Kelima, Mock-ups adalah jenis model yang berupa suatu penyederhanaan susunan bagian pokok dari suatu proses atau sistem yang lebih ruwet. Keenam, Diorama adalah jenis model berupa sebuah pemandangan tiga dimensi mini untuk menggambarkan pemandangan sebenarnya.
            Contoh pembuatan model (maket) bisa menggunakan Model berbahan kertas dan karton, kertas dan kardus, Model berbahan bubur kertas, tanah liat, kayu, lilin, plaster paris, metal, dan terakhir model berbahan material dan perangkat konstruksi (bangunan).
BAB IX: Bahan Ajar Audio
            Bahan ajar audio merupakan salah satu jenis bahan ajar noncetak yang di dalamnya mengandung suatu sistem yang menggunakan sinyal audio secara langsung, yang dapat dimainkan atau diperdengarkan oleh pendidik kepada peserta didiknya guna membantu mereka dalam menguasai kompetensi tertentu. Pengajaran audio ini harus dilakukan dengan keterampilan, seni dan perencanaan yang matang terlebih dahulu.
            Ada dua macam bentuk bahan ajar audio, yaitu bentuk kaset/piringan hitam (PH)/compact disk (CD) dan radio. Namun di jaman sekarang ada alat yang lebih canggih lagi yaitu medium digital (seperti hard disk, flash disk, dan memory card) untuk penyimpanan sistem suara dalam bentuk audio file dengan format audio yang biasa digunakan, yaitu MP3 dan masih banyak lagi perangkat perekam dan pemutar audio digital lainnya.
            Ada 4 pemanfaatan bahan ajar audio dalam kegiatan pembelajaran, yaitu pertama sebagai pengajaran music literary (pembacaan sajak) dan kegiatan dokumentasi. Kedua, pegajaran bahasa asing, baik secara audio maupun audio visual. Ketiga, pengajaran melalui radio atau radio pendidikan. Keempat, paket-paket belajar untuk berbagai jenis materi yang memungkinkan peserta didik dapat melatih daya penafsirannya dalam suatu bidang studi.
            Langkah-langkah penyusunan bahan ajar audio berdasarkan bentuknya menurut Dinkas (2004) yaitu: pertama, pembuatan bahan ajar kaset/PH/CD. Kedua, pembuatan bahan ajar audio, pembuatan bahan ajar audio ini akan bergantung pada perencanaan dan pelaksanaan produksi materi siaran, prinsip-prinsip belajar melalui radio, landasan kegiatan komunikasi pembelajaran melalui radio, dan kemampuan media siaran radio dalam penyelenggaraan kegiatan pengajaran.


BAB X: Video Bahan Ajar
            Video merupakan tayangan gambar bergerak yang disertai dengan suara. Sebagai bahan noncetak, video kaya informasi dan lugas untuk dimanfaatkan dalam program pembelajaran, karena dapat sampai ke hadapan peserta didik secara langsung. Selain itu, video menambah suatu dimensi baru terhadap pembelajaran.
            Ada langkah-langkah praktis untuk memahami penyusunan bahan ajar video atau film, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu: pertama, beberapa pertimbangan dalam memproduksi gambar bergerak (Video/Film). Kedua, langkah-langkah penyusunan program video/film yaitu dengan menurunkan judul dari kompetensi dasar atau materi pokok sesuai dengan banyak sedikitnya materi, kemudian pembuatan sinopsis yang menggambarkan secara singkat dan jelas tentang materi yang akan dibahas dalam sebuah program video, selanjutnya informasi pendukung dijelaskan secara gamblang, padat, dan menarik dalam bentuk story board atau naskah, pengambilan gambar dilakukan atas dasar story board, lalu proses editing dilakukan oleh orang yang mengetahui alat edit didampingi oleh orang yang menguasai substansi atau isi materi film/video, agar hasilnya memuaskan sebelum digandakan sebaiknya dilakukan penilaian terhadap program secara keseluruhan, baik secara substansi, edukasi, maupun sinematografi, dan program video atau film biasanya tidak interaktif, namun tugas-tugasnya dapat diberikan pada akhir penayangan melalui presenter, yang terakhir penilaian dapat dilakukan terhadap jawaban tertulis dari pertanyaan dalam program video/film atau hasil karya dari tugas yang diberikan
            Langkah-langkah utama untuk memproduksi program audio visual terbagi menjadi empat fase, yaitu perencanaan, produksi, kegiatam tindak lanjut serta penilaian dan kesimpulan.
BAB XI: Bahan Ajar Interaktif
            Bahan ajar interaktif adalah bahan ajar yang mengkombinasikan beberapa media pembelajaran (audio, video, teks atau grafik) yang bersifat interaktif untuk mengendalikan suatu perintah atau perilaku alami dari suatu presentasi. Dengan demikian, terjadi hubungan dua arah antara bahan ajar dan penggunanya. Sehingga, kalau proses pembelajaran dilakukan dengan menggunakan bahan ajar seperti ini, peserta didik dapat terdorong untuk bersikap aktif.
            Dalam menyiapkan bahan ajar interaktif, diperlukan pengetahuan dan keterampilan pendukung yang memadai, terutama dalam mengoperasikan peralatan, seperti komputer, kamera video, dan kamera foto. Bahan ajar interaktif biasanya disajikan dalam bentuk CD (compact disk).
            Dalam pembuatan CD interaktif, kita memerlukan aplikasi demonstrasi interaktif pada komputer kita. MacromediaÒ CaptivateÔ adalah aplikasi yang diperuntukkan bagi pengguna profesional, yang dapat dengan mudah membuat demonstrasi interaktif serta simulasi dalam berbagai format, termasuk Flash (SWF) dan EXE.
            Secara lebih terperincinya dijelaskan prosedur praktis pembuatan CD interaktif dengan aplikasi Captivate didalam 12 langkah, yaitu sbb: 1. Membuat Blank Project, 2. Memberi Judul Presentasi dengan Teks Bergerak, 3. Menampilkan Foto dan Gambar, 4. Mengimpor Presentasi PowerPoint, 5. Menambahkan Narasi atau Audio dalam Slide Presentasi, 6. Menambahkan Teks Keterangan, 7. Memberi Musik Latar, 8. Meninjau Hasil Penyusunan Presentasi, 9. Mem-publish Presentasi, 10. Membuat Soal Latihan atau Kuis, 11. Menyusun Menu, dan 12. Menjalankan Presentasi. Kemudian siap untuk didistribusikan.
BAB XII: Pemilihan dan Penggunaan Bahan Ajar dalam Proses Pembelajaran
            Dalam pemilihan bahan ajar ada beberapa prinsip yang digunakan untuk memudahkan kita dalam mengidentifikasi bahan ajar mana yang tepat untuk kegiatan pembelajaran yang akan kita lakukan. Prinsip-prinsipnya adalah sebagai berikut: Bahan ajar hendaklah sesuai dengan tujuan pembelajaran, sesuai dengan kebutuhan peserta didik, baik dalam bentuk maupun tingkat kesulitannya, betul-betul baik dalam penyajian faktualnya, benar-benar menggambarkan latar belakang dan suasana yang dihayati oleh peserta didik, mudah dan ekonomis, cocok dengan gaya belajar peserta didik dan prinsip terakhir, lingkungan dimana bahan ajar digunakan harus tepat sesuai dengan jenis media yang digunakan.
            Kombinasi atau integrasi dari berbagai jenis bahan ajar yang ada jauh lebih  baik. Agar semakin mantap dalam memilih bahan ajar, berikut ini diberikan penjelasan secara lebih spesifik mengenai pertimbangan pemilihan bahan ajar untuk setiap jenis bahan ajar.
            Penggunaan bahan ajar dalam proses pembelajaran dapat dipetakkan menjadi tiga macam, yaitu untuk tujuan kognitif, psikomotorik, dan afektif.

            Untuk menyesuaikan bahan ajar yang sudah tersedia dan kita miliki ini agar lebih relevan, akomodatif, dan adaptif sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pembelajaran saat ini, Arif dan Napitupulu menyarankan sembilan langkah berikut ini: Pertama, tambahkan media lain pada bahan ajar yang ada. Kedua, kembangkan lembar bahan ajar yang telah tersedia. Ketiga, sesuaikan gambar-gambar yang ada. Keempat, sesuaikan bagian audio dari film. Kelima, terjemahkan ke dalam “bahasa ibu” peserta didik. Keenam, sesuaikan gambar-gambar untuk mengungkapkan keadaan sesungguhnya dari lingkungan peserta didik. Ketujuh, sesuaikan bahasa yang dipakai dengan tingkat pemahaman peserta didik. Kedelapan, sesuaikan cara penyajian dengan menggunakan media campuran. Dan Kesembilan, gunakan bahan ajar berbiaya ringan dan murah sebagai alternatif bahan ajar dengan harga yang lebih mahal.