2014
IDENTITAS
BUKU
Buku : Panduan Kreatif
Membuat Bahan Ajar Inovatif
Prastowo,
Andi. 2013. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Jakarta: DIVA Press
Penulis : Andi Prastowo
Penerbit : DIVA Press
Tanggal
Terbit : Cetakan 1, Oktober
2011
Cetakan 2, Desember 2011
Cetakan 3, Februari 2012
Cetakan 4, Oktober 2012
Cetakan 5, Juli 2013
Jumlah
Halaman : i-x + 419 halaman
Jenis
Cover : Hard Cover
Kategori : Pendidikan
Teks : Bahasa Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Membuat
atau menyusun bahan ajar sebenarnya adalah perkara yang gampang. Namun, selama
ini, karena terbatasnya literarur yang mengulas tentang tema-tema seperti itu,
baik di toko-toko buku maupun perpustakaan, menjadikan para guru ataupun dosen
tampaknya sulit untuk merealisasikan tuntutan tersebut. Hal ini bisa kita lihat
di sekolah-sekolah ataupun perguruan tinggi disekitar kita, masih sangat banyak
guru atau dosen yang menggunakan bahan ajar buatan orang lain ataupun bikinan pabrik pada kegiatan
pembelajaran yang mereka lakukan. Padaha mereka tahu dan sadar bahwa bahan ajar
yang mereka gunakan itu sering kali tidak sesuai dengan konteks dan situasi
sosial budaya peserta didik. Hal ini merupakan fenomena yang sungguh
menyedihkan sekaligus sangat memprihatinkan bagi kita semua.
Penulis
memilih buku ini untuk diresume menjadi book report karena buku ini menjelaskan
secara mendetail cara membuat bahan ajar yang modern dan meninggalkan bahan
ajar yang konvesional. Diharapkan dengan para pembaca membaca buku ini pintu
kegelapan dan kejumudan yang selama ini menghalangi para pendidik dalam
mengekspresikan ide-ide dan gagasan mereka guna kemajuan dunia pendidikan di
tanah air Indonesia akan segara terbuka. Selain itu, kegersangan referensi yang
selama ini menerpa para mahasiswa ataupun dosen di berbagai LPTK (Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan) di tanah air bisa teratasi.
B. Isi
Buku Secara Umum
Buku
ini menguraikan dua belas topik utama yang terbagi dalam dua belas bab sebagai
berikut. Pada bab paling awal dibahas tentang konsep dasar bahan ajar, kemudian
diikuti bab kedua tentang macam-macam bentuk sumber belajar dan bahan ajar.
Pada bab ketiga dikupas tentang langkah-langkah utama dalam penyusunan bahan
ajar. Sementara, pada bab keempat ditunjukkan tentang cara pembuatan handout.
Kemudian, secara berturut-turut dari bab kelima sampai kesebelas diuraikan
tentang petunjuk pembuatan modul, buku ajar, lembar kerja siswa (LKS),
model/maket, bahan ajar audio, bahan ajar video, dan bahan ajar interaktif.
Sedangkan pada bab terakhir diulas tentang cara pemilihan dan penggunaan bahan
ajar dalam proses pembelajaran.
C. Gagasan
Penulis
Gagasan
utama penulis dalam buku panduan kreatif membuat bahan ajar inovatif ini untuk
menciptakan metode pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Kompetensi guru
sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005
Pasal 8 meliputi kompetensi pendagogis, kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Dari
masing-masing kompetensi tersebut, kompetensi-kompetensi inti yang wajib
dimiliki seorang guru atau dosen diantaranya adalah “mengembangkan kurikulum
yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu” dan “menyelenggarakan
kegiatan pengembangan yang mendidik” untuk kompetensi pendagogis, serta
“mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif” dan
“memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan
diri” untuk kompetensi profesional. Dari tuntutan-tuntutan sekaligus
kewajiban-kewajiban ini, guru ataupun dosen dituntut mampu menyusun bahan ajar
yang inovatif (bisa berwujud bahan ajar cetak, model/maket, bahan ajar audio,
bahan ajar audiovisual, ataupun bahan ajar interaktif) sesuai dengan kurikulum,
perkembangan kebutuhan peserta didik, maupun teknologi informasi.
D. Analisis
Buku
Setelah
saya membaca buku panduan kreatif membuat bahan ajar inovatif karangan Andi
Prastowo yang diterbitkan tahun 2013 merupakan cetakan kelima dengan
penerbitnya Diva Perss. Buku ini memiliki ketebalan 419 halaman. Kemudian saya
sedikit menganalisa isi dari buku ini. Di dalam buku ini, menurut saya tema yang diusung cukup menarik dan inovatif,
buku ini bisa menjadi referensi yang cocok untuk para guru dan dosen untuk
membuat bahan ajar yang lebih modern, kreatif dan inovatif lagi. Bahasa yang
digunakan oleh pengarang dalam penyampaian gagasannya sangat komunikatif,
dengan penjelasan yang sangat mendetail namun tidak berbelit-belit dan mudah
dipahami serta mudah untuk diaplikasikan untuk panduan membuat bahan ajar yang
inovatif.
BAB
II
PEMBAHASAN/
ISI BUKU
A.
Gagasan
Per Bab
BAB I: Saatnya Membuat Bahan Ajar
Inovatif
Para
pendidik pada umumnya hanya menyediakan bahan ajar yang monoton, pokoknya yang
sudah tersedia dan tinggal pakai, serta tidak perlu harus bersusah payah
membuatnya. Sehingga pada akhirnya yang harus menjadi korban adalah para
peserta didik yang akan merasa bosan mengikuti proses pembelajaran. Sehingga,
proses pembelajaran menjadi tidak efektif dan efisien.
Membuat bahan ajar yang inovatif
sebenarnya tidaklah sulit dan tidak memerlukan waktu yang lama, bahkan bisa
mendatangkan banyak uang. Kuncinya yang pertama dan utama adalah mengendalikan
faktor internal dalam diri kita. Kita harus mampu menguasai diri. Setelah
faktor internal berhasil dikuasai, dikendalikan dan diluruskan, maka faktor
eksternal akan jauh lebih mudah dikuasai.
Sumber belajar dan bahan ajar memang
tampak sama namun sangat berbeda. Sumber belajar adalah bahan mentah untuk
penyusunan bahan ajar. Jadi, untuk bisa disajikan kepada peserta didik, sumber
belajar harus diolah terlebih dahulu.
BAB II: Mengenal Bentuk-Bentuk Sumber
Belajar dan Bahan Ajar
Berdasarkan tujuan pembuatannya,
AECT (Association of Educational Coummunication and Technology) membagi sumber
belajar menjadi dua kelompok, yaitu resources by design (sumber belajar yang
dirancang) dan resources by utilization (sumber belajar yang dimanfaatkan).
Sementara itu menurut bentuk/isinya, sumber belajar dibedakan menjadi lima
macam, yaitu tempat atau lingkungan sekitar, benda, orang, buku, peristiwa, dan
fakta yang sedang terjadi. Dan berdasarkan jenisnya sumber belajar dibedakan menjadi enam jenis, yaitu: pesan,
manusia, bahan, peralatan, teknik atau metode dan lingkungan.
Bentuk-bentuk sumber belajar bisa
kita dapatkan melalui beberapa cara yaitu: buku, majalah, brosur, poster,
ensiklopedia, film, slides, video, model, audiocassette, transparasi, realia,
internet, ruangan belajar, studio, lapangan olahraga, wawancara, kerja
kelompok, observasi, permainan, taman, museum, kebun binatang, pabrik, toko,
dsb.
Bahan ajar menurut bentuknya bisa
berupa bahan cetak (printed), bahan ajar dengar (audio), bahan ajar pandang
dengar (audiovisual) dan bahan ajar interaktif. Sedang menurut cara kerjanya
bahan ajar dibedakan menjadi lima macam, yaitu bahan ajar yang tidak
diproyeksikan, bahan ajar yang diproyeksikan, bahan ajar audio, bahan ajar
video dan bahan ajar komputer. Bahan ajar menurut sifatnya dapat dibagi menjadi
empat macam, yaitu bahan ajar yang berbasis cetak, yang berbasis tekonologi,
yang digunakan untuk praktik atau proyek dan bahan ajar yang dibutuhkan untuk
keperluan interaksi manusia.
Bahan ajar mengandung isi yang
substansinya meliputi tiga macam, yaitu pengetahuan (fakta, konsep, prinsip,
prosedur), keterampilan dan sikap (nilai).
BAB III: Langkah-Langkah Pokok
Pembuatan Bahan Ajar
Langkah-langkah utama pembuatan
Bahan Ajar terdiri atas tiga tahap penting yang meliputi analisis kebutuhan
bahan ajar, menyusun peta bahan ajar, dan membuat bahan ajar berdasarkan
struktur masing-masing bentuk bahan ajar.
Tahap pertama melakukan analisis
kebutuhan bahan ajar adalah suatu proses awal yang dilakukan untuk menyusun
bahan ajar. Di dalamnya terdiri atas tiga langkah, yaitu:
1. Langkah
pertama: Menganalisis Kurikulum
Pertama, Standart
Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator kecapaian hasil belajar, Materi Pokok
dan Pengalaman belajar.
2. Langkah
Kedua: Menganalisis Sumber Belajar
Kriteria analisis terhadap sumber
belajar dilakukan berdasarkan ketersediaan, kesesuaian, dan kemudahan dalam
memanfaatkannya.
3. Langkah Ketiga: Memilih dan menentukan bahan
ajar
Langkah ketiga ini bertujuan
memenuhi salah satu kroteria bahwa bahan ajar harus menarik dan dapat membantuu
peserta didik untuk mencapai kompetensi.
Ada beberapa bentuk bahan ajar cetak, diantaranya handout,
buku, modul, LKS, brosur, leaflet, wallchat, dan foto atau gambar.
BAB IV: Handout
Handout adalah Pengemasan materi
pembelajaran pendidik dengan membuat ringkasan suatu topik, makalah suatu
topik, lembar kerja siswa, petunjuk praktikum, tugas atau tes, dan diberikan
kepada peserta didik secara terpisah-pisah (tidak menjadi suatu kumpulan lembar
kerja siswa, misalnya).
Penyusunan handout dalam kegiatan
pembelajaran memiliki beberapa manfaat, diantaranya memudahkan peserta didik
saat mengikuti proses pembelajaran dan melengkapi kekurangan materi.
Melalui handout, keingintahuan (curiosity) peserta didik terhadap ilmu
pengetahuan meningkat, sehingga mereka selalu terdorong untuk belajar dan terus
belajar.
BAB V: Modul
Modul pada dasarnya adalah sebuah
bahan ajar yang mudah dipahami oleh peserta didik sesuai tingkat pengetahuan
dan usia mereka, agar mereka dapat belajar sendiri (mandiri) dengan bantuan
atau bimbingan yang minimal dari pendidik. Kemudian, dengan modul, peserta
didik juga dapat mengukur sendiri tingkat penguasaan mereka terhadap materi
yang dibahas pada setiap satu-satuan modul tingkat berikutnya. Dan sebaliknya
jika peserta didik belum mampu menguasai, maka mereka akan diminta untuk
mengulangi dan mempelajari kembali.
Dalam buku ini Rowntree
mengungkapkan empat tahapan dalam pengembangan modul yang “hebat”, yaitu yang
pertama dengan mengidentifikasi tujuan pembelajaran yaitu dengan menuliskan
tujuan pembelajaran dalam kalimat yang mengandung aspek ABCD (Audience, Behaviour, Condition dan Degree). Kedua, memformulasikan garis
besar materinya. Ketiga, Menulis materi, pada tahap ini ada 4 hal penting yang
harus diperhatikan yaitu menentukan meateri yang akan ditulis, menentukan gaya
penulisan, menentukan banyaknya kata yang digunakan dan menentukan format dan
tata letak (Layout).
Dalam penentuan tampilan modul, ada
empat alternatif tampilan yang bisa menjadi pilihan kita, yaitu dengan
menggunakan List, menggunakan Box, menebalkan kata-kata yang penting
dan menggunakan tulisan yang dicetak miring atau ditulis terbalik. Dalam
penentuan format modul, dalam buku ini dituliskan contoh format modul yang
dikembangkan dengan memperhatikan kebutuhan pembaca akan keteraturan
strukturnya. Sebelum mulai materi : Judul, Kata pengantar, Daftar isi, Latar
belakang, Deskripsi singkat, Standar kompetensi, Peta konsep, Manfaat, Tujuan
pembelajaran, Petunjuk penggunaan modul.
Saat pemberian materi : Kompetensi dasar, Materi pokok, Uraian materi, Heading, Ringkasan dan Latihan atau
tugas. Setelah pemberian materi : Tes mandiri, Post test, Tindak lanjut, Harapan, Glosarium, Daftar pustaka dan
terakhir Kunci jawaban. Yang terakhir, Keempat, Menentukan format dan tata
letaknya. Dalam hal ini, Andriani mencatat tiga variabel yang mempengaruhi tata
letak, pertama : ukuran halaman dan format modul, kedua : kolom dan margin dan
ketiga : penempatan tabel, gambar dan diagram.
BAB VI: Buku Teks
Buku adalah bahan tertulis dalam
bentuk lembaran-lembaran kertas yang dijilid dan diberi kulit (cover), yang menyajikan ilmu pengetahuan
yang disusun secara sistematis oleh pengarangnya. Sementara yang disebut dengan
buku teks pelajaran adalah buku yang berisi ilmu pengetahuan, yang diturunkan
dari kompetensi dasar yang tertuang dalam kurikulum, dimana buku tersebut
digunakan oleh peserta didik untuk belajar.
Dalam buku ini juga diterangkan
langkah mudah menyusun buku teks pelajaran yang menarik sangatlah simple, yaitu
dengan memperhatikan kurikulum dengan cara menganalisisnya, menentukan judul
buku yang akan ditulis sesuai dengan standar-standar kompetensi yang akan
disediakan oleh buku kita, selanjutnya merancang outline buku agar isi buku
lengkap mencakup seluruh aspek yang diperlukan untuk mencapai suatu kompetensi,
mengumpulkan referensi sebagai bahan penulisan, menulis buku dilakukan dengan
memperhatikan penyajian kalimat yang disesuaikan dengan usia dan pengalaman
pembacanya, mengevaluasi atau mengedit hasil tulisan dengan cara membaca ulang
dan yang terakhir berikan ilustrasi gambar, tabel, diagram atau sejenisnya
secara proporsional.
BAB VII: Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
LKS merupakan suatu bahan ajar cetak
berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan
petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yag harus dikerjakan oleh
peserta didik, yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai.
LKS memiliki berbagai macam bentuk,
yaitu LKS yang membantu peserta didik menemukan suatu konsep, LKS yang membantu
peserta didik menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep yag telah
ditemukan, LKS yang berfungsi sebagai penuntun belajar, LKS yag berfungsi
sebagai penguatan dan LKS yang berfungsi sebagai petunjuk praktikum.
BAB VIII: Model (Maket)
Model (maket) sebagai bahan ajar
tiga dimensi adalah tiruan benda nyata untuk menjembatani berbagai kesulitan
yang bisa ditemui, apabila menghadirkan objek atau benda tersebut langsung ke
dalam kelas. Dengan demikian nuansa asli dari benda tersebut masih bisa dirasakan
oleh peserta didik, tanpa mengurangi struktur aslinya, sehingga pembelajaran
menjadi lebih bermakna.
Ada berbagai jenis model (maket).
Bahan ajar model (maket) dapat dikelompokkan dalam enam kategori. Pertama, model padat (solid model). Kedua, model penampang (Cutway
model). Ketiga, Model Susun (Built-up model). Keempat, Model Kerja (Working
sheet). Kelima, Mock-ups adalah jenis model yang berupa
suatu penyederhanaan susunan bagian pokok dari suatu proses atau sistem yang
lebih ruwet. Keenam, Diorama adalah
jenis model berupa sebuah pemandangan tiga dimensi mini untuk menggambarkan
pemandangan sebenarnya.
Contoh pembuatan model (maket) bisa
menggunakan Model berbahan kertas dan karton, kertas dan kardus, Model berbahan
bubur kertas, tanah liat, kayu, lilin, plaster paris, metal, dan terakhir model
berbahan material dan perangkat konstruksi (bangunan).
BAB IX: Bahan Ajar Audio
Bahan ajar audio merupakan salah
satu jenis bahan ajar noncetak yang di dalamnya mengandung suatu sistem yang
menggunakan sinyal audio secara langsung, yang dapat dimainkan atau
diperdengarkan oleh pendidik kepada peserta didiknya guna membantu mereka dalam
menguasai kompetensi tertentu. Pengajaran audio ini harus dilakukan dengan
keterampilan, seni dan perencanaan yang matang terlebih dahulu.
Ada dua macam bentuk bahan ajar
audio, yaitu bentuk kaset/piringan hitam (PH)/compact disk (CD) dan radio. Namun di jaman sekarang ada alat yang
lebih canggih lagi yaitu medium digital (seperti hard disk, flash disk, dan
memory card) untuk penyimpanan sistem suara dalam bentuk audio file dengan format audio yang
biasa digunakan, yaitu MP3 dan masih banyak lagi perangkat perekam dan pemutar
audio digital lainnya.
Ada 4 pemanfaatan bahan ajar audio
dalam kegiatan pembelajaran, yaitu pertama sebagai pengajaran music literary
(pembacaan sajak) dan kegiatan dokumentasi. Kedua, pegajaran bahasa asing, baik
secara audio maupun audio visual. Ketiga, pengajaran melalui radio atau radio
pendidikan. Keempat, paket-paket belajar untuk berbagai jenis materi yang
memungkinkan peserta didik dapat melatih daya penafsirannya dalam suatu bidang
studi.
Langkah-langkah penyusunan bahan
ajar audio berdasarkan bentuknya menurut Dinkas (2004) yaitu: pertama,
pembuatan bahan ajar kaset/PH/CD. Kedua, pembuatan bahan ajar audio, pembuatan
bahan ajar audio ini akan bergantung pada perencanaan dan pelaksanaan produksi
materi siaran, prinsip-prinsip belajar melalui radio, landasan kegiatan
komunikasi pembelajaran melalui radio, dan kemampuan media siaran radio dalam
penyelenggaraan kegiatan pengajaran.
BAB X: Video Bahan Ajar
Video merupakan tayangan gambar
bergerak yang disertai dengan suara. Sebagai bahan noncetak, video kaya
informasi dan lugas untuk dimanfaatkan dalam program pembelajaran, karena dapat
sampai ke hadapan peserta didik secara langsung. Selain itu, video menambah
suatu dimensi baru terhadap pembelajaran.
Ada langkah-langkah praktis untuk
memahami penyusunan bahan ajar video atau film, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu: pertama, beberapa pertimbangan dalam memproduksi gambar
bergerak (Video/Film). Kedua, langkah-langkah penyusunan program video/film
yaitu dengan menurunkan judul dari kompetensi dasar atau materi pokok sesuai
dengan banyak sedikitnya materi, kemudian pembuatan sinopsis yang menggambarkan
secara singkat dan jelas tentang materi yang akan dibahas dalam sebuah program
video, selanjutnya informasi pendukung dijelaskan secara gamblang, padat, dan
menarik dalam bentuk story board atau
naskah, pengambilan gambar dilakukan atas dasar story board, lalu proses editing dilakukan oleh orang yang
mengetahui alat edit didampingi oleh orang yang menguasai substansi atau isi
materi film/video, agar hasilnya memuaskan sebelum digandakan sebaiknya
dilakukan penilaian terhadap program secara keseluruhan, baik secara substansi,
edukasi, maupun sinematografi, dan program video atau film biasanya tidak
interaktif, namun tugas-tugasnya dapat diberikan pada akhir penayangan melalui
presenter, yang terakhir penilaian dapat dilakukan terhadap jawaban tertulis
dari pertanyaan dalam program video/film atau hasil karya dari tugas yang
diberikan
Langkah-langkah utama untuk
memproduksi program audio visual terbagi menjadi empat fase, yaitu perencanaan,
produksi, kegiatam tindak lanjut serta penilaian dan kesimpulan.
BAB XI: Bahan Ajar Interaktif
Bahan ajar interaktif adalah bahan
ajar yang mengkombinasikan beberapa media pembelajaran (audio, video, teks atau
grafik) yang bersifat interaktif untuk mengendalikan suatu perintah atau
perilaku alami dari suatu presentasi. Dengan demikian, terjadi hubungan dua
arah antara bahan ajar dan penggunanya. Sehingga, kalau proses pembelajaran
dilakukan dengan menggunakan bahan ajar seperti ini, peserta didik dapat
terdorong untuk bersikap aktif.
Dalam menyiapkan bahan ajar
interaktif, diperlukan pengetahuan dan keterampilan pendukung yang memadai,
terutama dalam mengoperasikan peralatan, seperti komputer, kamera video, dan
kamera foto. Bahan ajar interaktif biasanya disajikan dalam bentuk CD (compact disk).
Dalam pembuatan CD interaktif, kita
memerlukan aplikasi demonstrasi interaktif pada komputer kita. MacromediaÒ
CaptivateÔ
adalah aplikasi yang diperuntukkan bagi pengguna profesional, yang dapat dengan
mudah membuat demonstrasi interaktif serta simulasi dalam berbagai format,
termasuk Flash (SWF) dan EXE.
Secara lebih terperincinya
dijelaskan prosedur praktis pembuatan CD interaktif dengan aplikasi Captivate
didalam 12 langkah, yaitu sbb: 1. Membuat Blank Project, 2. Memberi Judul
Presentasi dengan Teks Bergerak, 3. Menampilkan Foto dan Gambar, 4. Mengimpor
Presentasi PowerPoint, 5. Menambahkan Narasi atau Audio dalam Slide Presentasi,
6. Menambahkan Teks Keterangan, 7. Memberi Musik Latar, 8. Meninjau Hasil
Penyusunan Presentasi, 9. Mem-publish Presentasi, 10. Membuat Soal Latihan atau
Kuis, 11. Menyusun Menu, dan 12. Menjalankan Presentasi. Kemudian siap untuk
didistribusikan.
BAB XII: Pemilihan dan Penggunaan Bahan
Ajar dalam Proses Pembelajaran
Dalam pemilihan bahan ajar ada
beberapa prinsip yang digunakan untuk memudahkan kita dalam mengidentifikasi
bahan ajar mana yang tepat untuk kegiatan pembelajaran yang akan kita lakukan.
Prinsip-prinsipnya adalah sebagai berikut: Bahan ajar hendaklah sesuai dengan
tujuan pembelajaran, sesuai dengan kebutuhan peserta didik, baik dalam bentuk
maupun tingkat kesulitannya, betul-betul baik dalam penyajian faktualnya,
benar-benar menggambarkan latar belakang dan suasana yang dihayati oleh peserta
didik, mudah dan ekonomis, cocok dengan gaya belajar peserta didik dan prinsip
terakhir, lingkungan dimana bahan ajar digunakan harus tepat sesuai dengan
jenis media yang digunakan.
Kombinasi atau integrasi dari
berbagai jenis bahan ajar yang ada jauh lebih
baik. Agar semakin mantap dalam memilih bahan ajar, berikut ini diberikan
penjelasan secara lebih spesifik mengenai pertimbangan pemilihan bahan ajar
untuk setiap jenis bahan ajar.
Penggunaan bahan ajar dalam proses
pembelajaran dapat dipetakkan menjadi tiga macam, yaitu untuk tujuan kognitif,
psikomotorik, dan afektif.
Untuk menyesuaikan bahan ajar yang
sudah tersedia dan kita miliki ini agar lebih relevan, akomodatif, dan adaptif
sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pembelajaran saat ini, Arif dan Napitupulu
menyarankan sembilan langkah berikut ini: Pertama,
tambahkan media lain pada bahan ajar yang ada. Kedua, kembangkan lembar bahan ajar yang telah tersedia. Ketiga, sesuaikan gambar-gambar yang
ada. Keempat, sesuaikan bagian audio
dari film. Kelima, terjemahkan ke
dalam “bahasa ibu” peserta didik. Keenam,
sesuaikan gambar-gambar untuk mengungkapkan keadaan sesungguhnya dari
lingkungan peserta didik. Ketujuh,
sesuaikan bahasa yang dipakai dengan tingkat pemahaman peserta didik. Kedelapan, sesuaikan cara penyajian
dengan menggunakan media campuran. Dan Kesembilan,
gunakan bahan ajar berbiaya ringan dan murah sebagai alternatif bahan ajar
dengan harga yang lebih mahal.